Risiko jantung koroner dapat meningkat akibat menopause


Masa menopause bagi perempuan memang sangat rentan terhadap bahaya munculnya penyakit jantung koroner. Untuk menghambat penyakit jantung koroner pada kaum perempuan perlu koreksi faktor-faktor risiko koroner.

Penyakit jantung koroner (PJK) kini menjadi momok menakutkan di abad ini, khususnya bagi kaum perempuan. Dalam waktu yang tidak begitu lama, PJK menjadi penyakit yang mematikan nomor satu bagi perempuan di Indonesia. Padahal tahun 1992, di Indonesia, PJK hanya menempati urutan ke 11 untuk kategori penyakit yang mematikan. Sedangkan di sejumlah negara maju, sejak 1996, PJK menjadi penyakit pembunuh nomor satu.

Kemungkinan terkena penyakit ini masih rendah, bila kaum perempuan masih berada dalam kondisi sebelum menopause. Dibandingkan perempuan sebelum menopause, kejadian PJK pada laki-laki, delapan kali lebih tinggi. Tetapi setelah menopause, risiko terkena PJK bagi perempuan sama dengan laki-laki.



Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Jetty Sedyawan dan dr. Med Ali Baziad SpOG dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Cipto Mangunkusumo, menyampaikan hal tersebut dalam seminar bertema Sehat dan Cantik, Pra dan Pasca Menopause, Seperti yang dilansir Suara Pembaharuan, beberapa minggu lalu.

Meningkatnya PJK disebabkan karena adanya perubahan hormonal pada masa menopause. Estrogen yang berperan dalam mengatur kelenjar pembuluh darah dan mengatur kadar lemak dalam kondisi baik, sudah tidak diproduksi. Setelah estrogen tidak ada lagi, perlindungan terhadap PJK menjadi menghilang. Perempuan menjadi sama rentan dengan laki-laki dalam hal risiko PJK.



Jangan memberikan Terapi Sulin Hormon (TSH) untuk mencegah penyakit jantung, TSH diberikan untuk menanggulangi masalah/keluhan-keluhan menopause. Sedangkan pencegahan penyakit jantung adalah dengan mengoreksi faktor-faktor risiko koroner, yaitu merokok, hipertensi, hiperlipidemia, diabetes, obesitas dan stres.

Banyak data menunjukan, TSH dapat menurunkan risiko PJK, namun untuk perempuan yang mempunyai riwayat kanker, penyakit jantung dan stroke, TSH harus di bawah pengawasan dokter.

Menopause merupakan proses penuaan alamiah dalam kehidupan seorang perempuan. Menopause dapat diartikan sebagai penghentian siklus menstruasi akibat dari penuaan pada ovarium. Menopause biasanya terjadi pada usia 46-52 tahun. Beberapa tahun sebelum dan sesudah berhentinya menstruasi disebut perimenopause. Pada masa itu terjadi perubahan hormonal dan siklus haid tidak teratur, serta mulai muncul gejala-gejala kekurangan hormon estrogen.

Meskipun TSH banyak direkomendasikan untuk mengatasi berbagai masalah menopause, sejumlah alasan membuat terapi tersebut tidak populer di negara-negara berkembang. Selain karena harganya mahal, juga ketakutan pasien akan efek samping yang bisa ditimbulkan akibat terapi tersebut. Kanker payudara merupakan salah satu efek yang ditakuti akan muncul dari penggunaan TSH. Padahal berdasarkan penelitian, perempuan yang mengikuti TSH dan tidak, sama-sama berisiko terkena kanker payudara.

Dua bulan lalu, seperti diungkapkan Suara Pembaharuan, ahli menopause dari dari seluruh dunia berkumpul di Yunani dan merekomendasikan TSH sebagai cara mengatasi berbagai gejala menopause. Untuk Indonesia, bila kekurangan estrogen seharusnya tidak perlu dikhawatirkan.

Banyak sumber makanan yang kaya akan fitoestrogen. Fitoestrogen berasal dari tumbuhan dan mempunyai struktur kimia yang sama dengan estrogen, sehingga disebut fitoestrogen. Kalau rajin mengkonsumsi makanan yang mengandung fitoestrogen, menopause tidak akan menjadi masalah. Kedelai merupakan makanan yang kaya akan fitoestrogen. Berbagai penelitian kini sedang dilakukan untuk menjawab pertanyaan apakah fitoestrogen dapat menggantikan TSH tanpa menimbulkan risiko.




Kedelai mengandung estrogen dalam bentuk isoflavon, ganistein, dan daidzein yang memiliki efek estrogen bagi manusia dan hewan. Peneliti kini sedang mempelajari efek fisiologis baru dalam isoflavon dan menemukan manfaat isoflavon seperti estrogen alami, sehingga dapat menurunkan risiko penyakit pada masa menopause.

1 komentar:

bukan blogger mengatakan...

serem banget ya...

tapi sayang, ada beberapa kata di artikel ini yang kurang saya mengerti

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "