Risiko jantung koroner dapat meningkat akibat menopause



Masa menopause bagi perempuan memang sangat rentan terhadap bahaya munculnya penyakit jantung koroner. Untuk menghambat penyakit jantung koroner pada kaum perempuan perlu koreksi faktor-faktor risiko koroner.

Penyakit jantung koroner (PJK) kini menjadi momok menakutkan di abad ini, khususnya bagi kaum perempuan. Dalam waktu yang tidak begitu lama, PJK menjadi penyakit yang mematikan nomor satu bagi perempuan di Indonesia. Padahal tahun 1992, di Indonesia, PJK hanya menempati urutan ke 11 untuk kategori penyakit yang mematikan. Sedangkan di sejumlah negara maju, sejak 1996, PJK menjadi penyakit pembunuh nomor satu.

Kemungkinan terkena penyakit ini masih rendah, bila kaum perempuan masih berada dalam kondisi sebelum menopause. Dibandingkan perempuan sebelum menopause, kejadian PJK pada laki-laki, delapan kali lebih tinggi. Tetapi setelah menopause, risiko terkena PJK bagi perempuan sama dengan laki-laki.



Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Jetty Sedyawan dan dr. Med Ali Baziad SpOG dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Cipto Mangunkusumo, menyampaikan hal tersebut dalam seminar bertema Sehat dan Cantik, Pra dan Pasca Menopause, Seperti yang dilansir Suara Pembaharuan, beberapa minggu lalu.

Meningkatnya PJK disebabkan karena adanya perubahan hormonal pada masa menopause. Estrogen yang berperan dalam mengatur kelenjar pembuluh darah dan mengatur kadar lemak dalam kondisi baik, sudah tidak diproduksi. Setelah estrogen tidak ada lagi, perlindungan terhadap PJK menjadi menghilang. Perempuan menjadi sama rentan dengan laki-laki dalam hal risiko PJK.



Jangan memberikan Terapi Sulin Hormon (TSH) untuk mencegah penyakit jantung, TSH diberikan untuk menanggulangi masalah/keluhan-keluhan menopause. Sedangkan pencegahan penyakit jantung adalah dengan mengoreksi faktor-faktor risiko koroner, yaitu merokok, hipertensi, hiperlipidemia, diabetes, obesitas dan stres.

Banyak data menunjukan, TSH dapat menurunkan risiko PJK, namun untuk perempuan yang mempunyai riwayat kanker, penyakit jantung dan stroke, TSH harus di bawah pengawasan dokter.

Menopause merupakan proses penuaan alamiah dalam kehidupan seorang perempuan. Menopause dapat diartikan sebagai penghentian siklus menstruasi akibat dari penuaan pada ovarium. Menopause biasanya terjadi pada usia 46-52 tahun. Beberapa tahun sebelum dan sesudah berhentinya menstruasi disebut perimenopause. Pada masa itu terjadi perubahan hormonal dan siklus haid tidak teratur, serta mulai muncul gejala-gejala kekurangan hormon estrogen.

Meskipun TSH banyak direkomendasikan untuk mengatasi berbagai masalah menopause, sejumlah alasan membuat terapi tersebut tidak populer di negara-negara berkembang. Selain karena harganya mahal, juga ketakutan pasien akan efek samping yang bisa ditimbulkan akibat terapi tersebut. Kanker payudara merupakan salah satu efek yang ditakuti akan muncul dari penggunaan TSH. Padahal berdasarkan penelitian, perempuan yang mengikuti TSH dan tidak, sama-sama berisiko terkena kanker payudara.

Dua bulan lalu, seperti diungkapkan Suara Pembaharuan, ahli menopause dari dari seluruh dunia berkumpul di Yunani dan merekomendasikan TSH sebagai cara mengatasi berbagai gejala menopause. Untuk Indonesia, bila kekurangan estrogen seharusnya tidak perlu dikhawatirkan.

Banyak sumber makanan yang kaya akan fitoestrogen. Fitoestrogen berasal dari tumbuhan dan mempunyai struktur kimia yang sama dengan estrogen, sehingga disebut fitoestrogen. Kalau rajin mengkonsumsi makanan yang mengandung fitoestrogen, menopause tidak akan menjadi masalah. Kedelai merupakan makanan yang kaya akan fitoestrogen. Berbagai penelitian kini sedang dilakukan untuk menjawab pertanyaan apakah fitoestrogen dapat menggantikan TSH tanpa menimbulkan risiko.




Kedelai mengandung estrogen dalam bentuk isoflavon, ganistein, dan daidzein yang memiliki efek estrogen bagi manusia dan hewan. Peneliti kini sedang mempelajari efek fisiologis baru dalam isoflavon dan menemukan manfaat isoflavon seperti estrogen alami, sehingga dapat menurunkan risiko penyakit pada masa menopause.

Ciri-ciri Penyakit Jantung Koroner


Penyakit jantung koroner disebut “thrombosis koroner”. Di Indonesia, menurut statistik kesehatan, Penyakit Jantung Koroner menduduki urutan ketiga sebagai penyebab kematian. Dengan semakin meningkatnya pendapatan penduduk, penderita Penyakit Jantung diramalkan juga semakin meningkat. Pada tahun 1974, dilaporkan ada sekitar 140,000 penderita Penyakit Jantung , dan pada tahun tersebut ada 18,000,000 penduduk Indonesia di atas usia 45 tahun yang berada dalam keadaan bahaya. Untuk itu, kewaspadaan perlu terus kita tingkatkan bila kita ingin menghindarkan Penyakit Jantung sebagai penyebab utama kematian di Indonesia. Melihat penyakit jantung adalah pembunuh nomor satu di dunia, atau pembunuh nomor tigadi Indonesia, adalah penting bagi kita untuk mengetahui penyebab serta penanggulangan Penyakit Jantung . Sekarang ini betapa sering kita mendengar seseorang yang sedang menonton sepakbola, tiba-tiba mendapat serangan jantung, dan menghembuskan napas yang penghabisan dalam perjalanan ke rumah sakit. Atau pernahkah kita mendengar seorang yang sedang main bulutangkis, tiba-tiba terjatuh, dan tidak pernah bangun kembali? Bagaimanakah penyakit serangan jantung ini dapat dihindarkan? Apakah benar olahraga dapat menghindarkan penyakit jantung? Untuk itu kita akan melihat apakah yang menjadi faktor primer dan sekunder mengapa seorang mempunyai risiko untuk mendapatkan penyakit jantung.

Tanda-tanda peringatan dini Serangan jantung adalah puncak bencana dari sebuah proses kerusakan yang berlangsung lama, yang sering melibatkan kejutan-kejutan emosional, kekacauan fisiologis dan kelelahan mental. Tanda-tanda peringatan dini begitu subyektif dan begitu tersamar, sehingga bahkan dokter yang terlatih untuk mendiagnosa segala sesuatu secara obyektif masih bisa mengabaikannya.

1.Rasa sakit yang tidak jelas, atau rasa tidak nyaman yang samar, bahkan rasa sesak di bagian tengah dada. Kadang, serangan jantung hanya menimbulkan rasa tidak nyaman yang ringan sekali sehingga sering disalahartikan sebagai gangguan pencernaan, atau bahkan lepas dari perhatian sama sekali. Serangan jantung mungkin menghadirkan rasa nyeri paling buruk yang pernah dialami-rasa sesak yang luar biasa atau rasa terjepit pada dada, tenggorokan atau perut. Bisa juga mengucurkan keringat panas atau dingin, kaki terasa sakit sekali dan rasa ketakutan bahwa ajal sudah mendekat. Juga mungkin merasa lebih nyaman bila duduk dibanding bila berbaring dan mungkin nafas begitu sesak sehingga tidak bisa santai. Rasa mual dan pusing bahkan sampai muntah, bahkan yang lebih parah yaitu ketika sampai kolaps dan pingsan. Nyeri.



2.Sesak nafas merupakan gejala yang biasa ditemukan pada gagal jantung. Sesak merupakan akibat dari masuknya cairan ke dalam rongga udara di paru-paru.



3.Kelelahan atau kepenatan. Jika jantung tidak efektif memompa, maka aliran darah ke otot selama melakukan aktivitas akan berkurang, menyebabkan penderita merasa lemah dan lelah. Gejala ini seringkali bersifat ringan. Untuk mengatasinya, penderita biasanya mengurangi aktivitasnya secara bertahap atau mengira gejala ini sebagai bagian dari penuaan.

4.Jantung berdebar-debar.  


5.Pusing & pingsan. Penurunan aliran darah karena denyut atau irama jantung yang abnormal atau karena kemampuan memompa yang buruk, bisa menyebabkan pusing dan pingsan.

6.Gejala khas yang dirasakan adalah Angina Pektoris. Angina Pektoris adalah suatu gejala klinis yang termanifestasi dengan nyeri dada (yang sifatnya subjektif) seperti tertekan atau merasa dadanya diperas-peras. Bisa juga merasakan seperti ditusuk-tusuk, bahkan ada yang merasa seperti terbakar. Hal ini timbul pada saat seseorang melakukan aktivitas fisik yang berlebih, misalnya sedang berolahraga, marah besar, ataupun emosi lainnya. Sifat nyeri biasanya berlokasi di belakang tulang dada tapi bisa juga di sebelah kiri atau sebelah kanan dengan penjalaran ke tangan kiri biasanya ke jari kelingking, jari manis, dan jari telunjuk. Nyeri ini bisa menjalar ke bahu, leher, bahkan ada yang ke punggung atau bawah mulut. Rasanya seperti pegal-pegal atau kesemutan. Perasaan tidak enak di dada disertai dengan kepala terasa ringan seperti mau jatuh, berkeringat dingin, mual atau muntah, dan sesak napas.



Khas dari Angina Pektoris adalah begitu kegiatan fisik atau emosi sudah berhenti/reda, maka dengan sendirinya sakit itu menghilang. Hal ini biasanya berlangsung hanya 2 hari. Hal ini biasanya berlangsung hanya 2 hingga 3 menit saja atau kurang dari 15 menit. Ini terjadi karena otot-otot jantung yang pada saat aktivitas meningkat memerlukan lebih banyak oksigen dan makanan, tidak mampu disuplai karena adanya sumbatan pada pembuluh darah koronernya.

Sayangnya, menurut seorang dokter ahli jantung, tidak semua penderita PJK mengalami gejala yang khas ini. Seringkali PJK datang tiba-tiba berupa serangan jantung yang lebih hebat yang disebut Infark Miokard (kematian otot jantung). Ini terjadi karena aliran darah ke otot jantung sangat berkurang. Kekurangan suplai makanan dan oksigen dalam waktu yang lama menyebabkan sel-sel otot jantung menderita luka yang tidak dapat sembuh lagi, yang berakhir pada kematian sel-sel otot jantung tersebut. Kegagalan jantung atau kematian penderita dapat terjadi tergantung dari banyaknya otot jantung yang rusak. Gejala Infark miokard ini lebih hebat lagi yaitu berupa nyeri dada yang lebih hebat, disertai keringat dingin, mual, bisa terjadi penurunan kesadaran (mau pingsan) hingga kematian.

Namun ada bentuk yang lebih berbahaya lagi yaitu yang mempunyai gejala sedikit atau minimal seperti gejala masuk angin saja, badan tidak enak disertai sesak napas, yang dapat disertai dengan muntah. Tanpa diketahui sebenarnya penderita sudah mengalami serangan jantung tapi tidak terdeteksi.

Pencegahan Penyakit Jantung Koroner pada Masa Anak dan Remaja


         Penanggulangan masalah penyakit jantung dan pembuluh darah harus berada dalam konteks / visi Indonesia sehat tahun 2010. Dalam kurun waktu ini harus diperkuat berbagai upaya, bukan hanya dalam bidang kesehatan, tetapi juga bidang lain yang terkait. Upaya penanggulangan ini terdiri dari upaya preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Upaya-upaya tersebut ditunjang oleh upaya pengembangan sumber daya manusia, upaya penelitian pengembangan teknologi dan diseminasi informasi. Bersama dengan upaya lain di bidang ekonomi dan kesejahteraan sosial seperti perbaikan tingkat pendidikan, asuransi kesehatan, perbaikan ekonomi masyarakat, gerakan olah raga dan lain-lain akan berdampak positif memperbaiki status kesehatan pada umumnya dan status kesehatan kardiovaskuler pada khususnya.
              Dalam beberapa dasawarsa terakhir, di 8 Rumah Sakit Umum Pusat di Indonesia, dilaporkan bahwa prevalensi Penyakit Jantung Koroner telah menggeser Penyakit Jantung Rematik sebagai penyakit jantung yang paling banyak ditemukan. Hasil SKRT tahun 1995 menunjukkan bahwa penyakit sistem sirkulasi telah menduduki urutan pertama dalam masyarakat, mulai usia 35 tahun, masing-masing pada kelompok usia 35–44 tahun (23,5%), kelompok umur 44-54 tahun (34,0%), di atas umur 55 tahun (36,5%). Di daerah perkotaan, penyebab kematian no 1 ditempati oleh penyakit sistem sirkulasi (31%), sedangkan di pedesaan masih didominasi oleh penyakit infeksi (25%), baru disusul oleh penyakit sistem sirkulasi (22%). Kecenderungan peningkatan penyakit kardiovaskuler di Indonesia tampak dari hasil temuan oleh WHO-MONICA Jakarta (1988), perokok laki-laki 59,9%, perempuan 5,9%, prevalensi BMI 30 laki-laki 2,3%, perempuan 7,3%, hipertensi laki-laki 13,6%, perempuan 16,6%, hiperkolesterolemia laki-laki 11,4%, perempuan 15,2%.    Epidemiologi faktor risiko penyakit jantung koroner menurut Asean Congress Cardiology tahun 1997 mengemukakan bahwa angka kematian akibat penyakit jantung koroner di Indonesia adalah 67,8 per 100.000 penduduk. Prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia telah menggeser penyakit jantung rematik sebagai penyakit jantung yang paling banyak ditemukan. Insiden penyakit jantung koroner menurut penelitian prospektif di FKUI sebesar 8,7% dengan lebih dari dua faktor risiko.
           Kecenderungan PJK sebagai penyakit jantung yang paling banyak ditemukan juga terlihat di negara-negara Asia Tenggara dan Afrika. Di Singapura dan Kuala lumpur kematian akibat Penyakit Jantung Koroner meningkat dari yang tadinya tidak bermakna menjadi sekurangnya 10% dari semua kematian. Bagaimanapun, meskipun di negara maju prevalensi penyakit ini lebih rendah pada penduduk yang tinggal di pedesaan daripada yang tinggal di kota besar. Sampai umur tertentu prevalensi dan kematian akibat Penyakit Jantung Koroner lebih rendah pada perempuan dibanding pada laki-laki.
  Banyak faktor menunjang kejadian Penyakit Jantung Koroner antara lain pola makanan yang cenderung berubah ke arah westernisasi, dan kehidupan modern yang penuh ketegangan. Pola makanan telah memegang peranan penting dalam evolusi Penyakit Jantung Koroner terutama lemak darah akibat kebiasaan makanan bertahun-tahun. Seringkali jenis makanan langsung berpengaruh pada kenaikan kadar lemak darah atau merangsang dasar genetik yang telah ada untuk mengalami PJK. 
          Pencegahan primer dan sekunder sangat bermanfaat dalam menurunkan mortalitas Penyakit Jantung Koroner. Upaya pencegahan penyakit jantung koroner sejak masa bayi dan anak sangat penting, walaupun sebagian ahli masih beranggapan bahwa pencegahan penyakit jantung koroner sejak bayi hanya mutlak diperlukan apabila terdapat riwayat hiperkolesterolemia dan obesitas dalam keluarga, akan tetapi sebagian besar pakar berpendapat bahwa penyuluhan kesehatan kardiovaskuler dimulai sejak masa bayi dan intervensi dini sejak usia 2 tahun tetap dianjurkan untuk memperlambat proses aterosklerosis. 

              Dalam strategi pendekatan dan identifikasi faktor risiko dibutuhkan penilaian faktor risiko pada anak dalam upaya pencegahan penyakit kardiovaskular. American Academy of Pediatrics telah merekomendasikan agar pada anak berumur lebih dari 2 tahun yang termasuk pada kelompok risiko tinggi dilakukan uji saring kadar kolesterol. Uji saring perlu dilakukan untuk menemukan anak-anak dengan faktor risiko Penyakit Jantung Koroner agar dapat dilakukan modifikasi atau intervensi sedini mungkin. Pada uji saring ini yang mendapat perhatian utama adalah pemeriksaan kadar kolesterol darah dan tekanan darah. Aterosklerosis yang berperanan pada Penyakit Jantung Koroner merupakan proses yang berlangsung aktif bertahun-tahun sejak dekade pertama kehidupan. Salah satu faktor risiko yang dapat dikontrol pada masa anak adalah lemak darah, khususnya kolesterol dan lipoprotein. Dengan memperhatikan penyebab penimbunan dan pengeluaran kolesterol dari dinding pembuluh darah koroner sedini mungkin, diharapkan dapat dikurangi kejadian PJK di masa dewasa. American Academy of Pediatrics telah merekomendasikan agar pada anak berumur lebih dari 2 tahun yang termasuk pada kelompok risiko tinggi dilakukan uji saring kadar kolesterol.

Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner Pada Masyarakat di Indonesia


Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan bagian dari penyakit jantung (Cardiovaskular disease). Disebabkan karena terjadinya penyempitan arteri koronaria yang merupakan pembuluh darah jantung. Jika aliran darah gagal mengalir ke jantung dapat dibayangkan apa yang terjadi. Jantung akan kekurangan oksigen dan kehabisan energy untuk berdenyut. Artinya jantung anda bisa mati sehingga menyebabkan anda juga ikut mati!

Di Indonesia penyakit ini adalah pembunuh nomor satu dan jumlah kejadiannya terus meningkat dari tahun ke tahun. Data statistik menunjukkan bahwa pada tahun 1992 persentase penderita PJK di Indonesia adalah 16,5%, dan pada tahun 2000 melonjak menjadi 26,4%
Meski menjadi pembunuh utama, tetapi masih sedikit sekali orang yang tahu tentang PJK ini. Terutama tentang faktor risiko yang menyebabkan terjadinya penyakit tersebut. Dalam ilmu epidemiologi, jika faktor risiko suatu penyakit telah diketahui maka akan lebih mudah untuk melakukan tindakan pencegahan. Karena bagaimanapun mencegah lebih baik dari mengobati.

Dalam rangka menemukan faktor risiko PJK pada masyarakat Indonesia, maka salah seorang dosen pada prodi Ilmu Gizi FKM Unhas melakukan analisis lanjut terhadap data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007. Anda mungkin salah seorang responden/partisipannya. Riset ini merupakan data dasar yang memuat semua informasi kesehatan dari masyarakat Indonesia. Memang tidak mencakup seluruh masyarakat, tetapi jumlah sampel/masyarakat yang terlibat pada Riskesdas cukup besar. Sehingga dalam ilmu statistik hal tersebut dapat mewakili keadaan masyarakat Indonesia secara umum.

Penelitian ini menggunakan konsep Hendrik L Bluum untuk menjelaskan terjadinya PJK pada masyarakat Indonesia. Menurut Bluum, terjadinya suatu penyakit dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu faktor lingkungan, genetik, perilaku dan pelayanan kesehatan. Dr. Citrakesumasari mengambil 2 faktor di antaranya yaitu faktor lingkungan dan perilaku. Dengan pertimbangan 2 faktor tersebut merupakan penyebab utama dari kejadian suatu penyakit.

Penelitian ini menemukan bahwa faktor lingkungan yang menjadi penyebab PJK di Indonesia adalah pekerjaan yang membutuhkan aktifitas fisik berat dan gangguan emosi. Sedangkan faktor perilaku yang paling berpengaruh adalah tingginya konsumsi makanan asin dan jeroan serta rendahnya konsumsi buah dan sayur.

Beraktifitas fisik secara teratur tentu sangat dibutuhkan untuk menjaga kesehatan dan kebugaran. Tetapi jika aktifitas fisik itu terlalu berat maka justru akan membebani kerja jantung. Karena itu berhati-hatilah bagi anda yang sering beraktifitas berat. Jika anda mulai merasakan sakit dada di sebeleh kiri sebaiknya anda memeriksakan diri ke dokter.



Gangguan emosi selama ini mungkin hanya dicurigai sebagai penyebab kegemukan. Karena ada beberapa orang yang ketika dalam keadaan stress menjadikan makanan sebagai pelarian. Nah, melalui kegemukan inilah risiko penyakit jantung itu bisa terjadi. Selain itu, orang yang stress tentu tekanan darahnya jauh lebih tinggi. Jika terjadi terus menerus maka keseimbangan dalam tubuh akan terganggu. Tekanan darah yang tinggi bisa memicu terjadinya luka pada pembuluh darah jantung sehingga merangsang terjadinya penggupalan darah. Waspadalah jika anda dalam keadaan stress, sebaiknya anda segera menenangkan diri. Kehidupan sekarang memang sangat penuh tantangan. Karena itulah kita butuh penguat hati. Bagi orang-orang yang percaya kepada Tuhan, mereka akan jauh lebih kuat. Karena mereka yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini adalah atas ketetapanNya. Orang-orang yang selalu berpikir positif juga akan jarang terkena stress. Karena mereka selalu mampu mengambil hikmah dari semua hal yang terjadi pada dirinya. Badai pasti berlalu, maka semua kesulitan dan ujian yang kita hadapi pasti akan berakhir.

Gaya hidup yang kita jalani juga ikut mempengaruhi penyakit-penyakit langganan kita. Seperti kebiasaan mengkonsumsi makanan istant dan junk food. Padahal, dalam makanan-makanan tersebut mengandung kadar natrium yang tinggi. Makanan yang asin tentu tinggi natrium, padahal natrium bisa menyebabkan hipertensi atau meningkatnya tekanan darah. Termasuk juga makanan jeroan. Karena mengandung kolesterol yang bisa mengganggu keseimbangan darah anda.


Selain itu, masyarakat Indonesia juga sangat kurang mengkonsumsi sayuran dan buah. Padahal Indonesia adalah negara agraris. Aneh memang sih, tetapi hal tersebut bisa disebabkan karena pergeseran pola makan yang menjalar dari perkotaan hingga ke pedesaan. Bergeser dari makanan yang kaya serat dan zat gizi menuju makanan yang kurang serat tetapi kaya lemak dan garam. Yang menyedihkannya lagi semua itu dilakukan hanya demi gengsi. Jika anda adalah salah seorang diantaranya, mari kita perbaiki gaya hidup kita. Sayuran dan buah itu penting bagi kesehatan. Selain karena kandungan fitokimia yang ada di dalamnya, sayuran dan buah juga mengandung serat yang penting dalam pencegahan penyakit degenerative.

Jadi mulai sekarang berhati-hatilah dalam menjalani hidup dan memilih makanan. Penyakit-penyakit yang kita rasakan sebenarnya merupakan akibat dari kehidupan kita sendiri. Jika kita mampu bijak untuk memilih dan memilah, pasti kehidupan kita akan lebih baik. Memang, yang sehat itu mungkin terlihat tidak enak, tetapi kalau sakit tentu jauh lebih tidak enak lagi. So, silahkan memilih sendiri

angin duduk , Sindrom Jantung Koroner Akut


Angin Duduk sama dengan Sindrom Jantung Koroner Akut Hanya dalam 15 menit sampai 30 menit, orang yang terserang angin duduk bisa meninggal. Padahal, penderita, sebelumnya terlihat sehat-sehat saja. Dunia kedokteran selama dua tahun terakhir berhasil mengidentifikasi istilah baru penyakit jantung yang akrab disebut angin duduk.Ternyata, penyakit ini tak sekedar masuk angin berat, tetapi identik dengan sindrom serangan jantung koroner akut (SSJKA).

Teridentifikasinya istilah ini, menurut Guru Besar Bidang Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Prof DR dr Teguh Santoso.SpPD, di Jakarta, pekan lalu. Menandai sebuah koreksi besar terhadap mitos yang berkembang di masyarakat selama ini. Bahwa masuk angin hebat itu adalah penyakit yang berbahaya, bahkan bisa menimbulkan kematian hanya dalam waktu 15 hingga 30 menit sejak serangan pertama.

Jika Anda tiba-tiba merasa nyeri dada, sebaiknya tidak melakukan aktivitas fisik apapun termasuk berhubungan seks. Segeralah pergi ke rumah sakit yang menyediakan fasilitas penanganan gawat darurat jantung. Ingat!. Tidak boleh lebih dari 15 menit
setelah serangan nyeri pertama.

Sindrom serangan jantung koroner akut merupakan penemuan terbaru akhir banyak disikapi masyarakat dengan tindakan yang salah. Misalnya, penderita dikerok, diberi minuman air panas, atau diberi ramu-ramuan untuk mengeluarkan angin. Padahal, penderita bisa meninggal mendadak tanpa ada tanda-tanda sakit

Gejalanya:
Muncul keluhan nyeri ditengah dada, seperti
- Rasa ditekan
- Rasa diremas-remas, menjalar ke leher, lengan kiri dan kanan, serta ulu hati.
- Rasa terbakar dengan sesak napas dan keringat dingin.

Keluhan nyeri ini bisa merambat ke kedua rahang gigi kanan atau kiri, bahu, serta punggung. Lebih spesifik, ada juga yang disertai kembung pada ulu hati seperti masuk angin atau maag. Sumber masalah sesunggu hanya terletak pada penyempitan pembuluh darah jantung (vasokonstriksi).

Penyempitan ini diakibatkan oleh empat hal :
- Pertama, adanya timbunan-lemak (aterosklerosis) dalam pembuluh darah akibat konsumsi kolesterol tinggi.
- Kedua, sumbatan (trombosis) oleh sel beku darah (trombus);
- Ketiga, Vasokonstriksi atau penyempitan pembuluh.darah akibat kejang yang terus menerus.
- Keempat, infeksi pada pembuluh darah.



Penyempitan itu, lanjutnya lagi, mengakibatkan berkurangnya oksigen yang masuk ke dalam jantung. Ketidak-seimbangan pasokan dengan kebutuhan oksigen pada tubuh mengakibatkan nyeri dada yang dalam istilah medisnya disebut angina.

Hendaknya dibedakan antara keluhan nyeri pada sindrom serangan jantung koroner akut (SSJKA) dengan serangan jantung
koroner (SJK) (infark miokard). Pada SJK, angina terjadi akibat sumbatan total pembuluh darah jantung karena aktivitas fisik yang berlebihan. Sementara pada SSJKA angina terjadi akibat sumbatan tidak total yang dirasakan saat istirahat. "SSJKA ini memang mendadak. Bukan karena capek, masuk angin, atau penyakit-penyakit lainnya. Biasanya penderita akan meninggal paling lama lima belas menit setelah keluhan rasa nyeri pertama kali dirasakan".

Masyarakat diminta waspada terhadap keluhan angin ini. Soalnya penderita sebelum terserang akan tampak sehat-sehat. Solusi
satu-satunya hanyalah melonggarkan sumbatan yang terjadi, yaitu dengan memberikan obat anti platelet (sel pembeku darah) dan anti koagulan. Atau, obat untuk mengantisipasi ketidak-seimbangan supplai oksigen dan kebutuhan oksigen. Misalnya nitrat, betabloker, dan kalsium antagonis.

Di tempat terpisah. Ahli jantung RS Jantung Harapan Kita dr. Santoso Karo-Karo MPH:, SpJp mengungkapkan kondisi rumah sakit di Indonesia tidak terlalu bisa diharapkan untuk pengobatan SSJKA. Rumah sakit terkesan lambat menangani pasien. Untuk itu ia menyarankan agar penderita yang sudah tahu bahwa dirinya memiliki gangguan jantung sebaiknya membawa tablet antiplatelet ke manapun ia pergi. Obat antiplatelet yang paling murah dan gampang di cari adalah aspirin. Obat ini selain bermanfaat sebagai
pertolongan pertama mengatasi nyeri dan melonggarkan kembali pembuluh darah yang tersumbat oleh thrombosit atau platelet (sel
pembeku darah).

Mengenali Gejala Jantung Koroner



Tak cuma nyeri dada. Penyakit jantung koroner juga memiliki gejala khas lainnya. Anda perlu mengenalinya. Jangan sepelekan nyeri dada! Apalagi jika nyeri itu Anda rasakan di bagian tengah dada dan menjalar ke lengan kiri atau leher, bahkan menembus ke punggung. Perlu Anda tahu, nyeri dada merupakan keluhan yang paling sering dirasakan oleh penderita penyakit jantung koroner (PJK).

Seperti dikatakan dokter Yoga Yuniadi SpJp, spesialis jantung dan pembuluh darah dari Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta Utara, nyeri dada yang disebut juga angina pectoris bukanlah satu-satunya gejala PJK. Penyakit mematikan ditandai pula oleh penjalaran nyeri hingga ke lengan kiri, leher, bahkan menembus ke punggung. ''Nyeri dada khas PJK timbul hanya ketika melakukan aktivitas fisik dan akan berkurang jika istirahat,'' lanjut Yogi.

Itu sebabnya, orang seringkali mengabaikan nyeri ini karena dianggap hanya gejala sakit biasa. Padahal, jika tak segera ditindaklanjuti, gejala ini akan memicu serangan jantung tiba-tiba (infark miokard akut) dan dapat menimbulkan kematian. Selain gejala-gejala di atas, dapat pula timbul gejala penyerta seperti keluar keringat dingin dan munculnya rasa mual. Sayangnya, pemahaman masyarakat terhadap PJK masih kurang. Data menunjukkan, sekitar 50 persen kasus meninggalnya penderita penyakit jantung disebabkan oleh kurang pahamnya si penderita dan orang-orang terdekatnya terhadap penyakit ini sehingga penderita tidak sempat dibawa ke rumah sakit.

Saat ini, PJK merupakan salah satu penyebab utama kematian. Di Indonesia, jumlah penderitanya pun terus bertambah. Salah satu sebabnya, adalah telah terjadi perubahan pola hidup, terutama konsumsi makanan yang cenderung kurang sehat. Selain itu, tekanan lingkungan kerja yang menyebabkan stres berkepanjangan juga meningkatkan risiko munculnya PJK.

Apa itu PJK
PJK adalah penyempitan atau tersumbatnya pembuluh darah arteri jantung yang disebut pembuluh darah koroner. Sebagaimana halnya organ tubuh lain, jantung pun memerlukan zat makanan dan oksigen agar dapat memompa darah ke seluruh tubuh. Pasokan zat makanan dan darah ini harus selalu lancar karena jantung bekerja keras tanpa henti. Pembuluh darah koroner lah yang memiliki tugas untuk memasok darah ke jantung. Tentu saja, jantung akan bekerja baik jika terdapat keseimbangan antara pasokan dan pengeluaran. ''Jika pembuluh darah koroner tersumbat atau menyempit, maka pasokan darah ke jantung pun akan berkurang.



Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan dan pasokan zat makanan dan oksigen,'' jelas Yoga, alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) 1989. Menurutnya, makin besar prosentase penyempitan pembuluh koroner, makin berkurang aliran darah ke jantung. Akibatnya, timbullah nyeri dada.

Ada beberapa hal yang menjadi faktor risiko PJK. Hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes mellitus, merokok, kurangnya aktivitas fisik, dan dislipidemia adalah faktor risiko yang dapat diubah (modifiable). Artinya, Anda dapat melakukan tindakan-tindakan untuk mencegah timbulnya faktor-faktor risiko di atas agar terhindar dari PJK.

Karena itu, bila Anda menderita hipertensi, dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah sampai pada tingkat yang aman. Hindari pula makanan yang banyak mengandung kolesterol. ''Periksakan kadar kolesterol Anda secara rutin dan capailah target kadar kolesterol darah yang sehat.'' Jangan lupa pula, olahraga yang teratur dan terukur. Dalam hal ini, yang paling dianjurkan adalah olahraga yang bersifat aerobik.

Di samping faktor risiko yang dapat diubah, ada pula faktor risiko yang tidak dapat diubah (inmodifiable). Termasuk dalam faktor risiko yang tak dapat diubah adalah jenis kelamin pria, usia (di atas 40 tahun), dan riwayat keluarga dengan PJK. Walau begitu, bukan berarti wanita terbebas sepenuhnya dari risiko PJK. ''Di Amerika, kematian mendadak akibat PJK justru sebagian besar terjadi pada wanita,'' kata Yoga. Pada usia muda, memang lebih sedikit wanita yang terkena PJK. Namun, pada wanita yang berusia 65 tahun lebih atau wanita di usia menopause, besarnya risiko untuk terkena PJK sama dengan pria. Risiko PJK yang lebih tinggi akan dialami pula oleh wanita yang berusia di atas 35 tahun dengan kebiasaan merokok.

Makin dini, makin baik
Secara umum, spektrum PJK dibagi menjadi dua yaitu spektrum stabil dan tidak stabil (kegawatan). Pada spektrum stabil, kata Yoga, gejala baru timbul ketika terjadi peningkatan aktivitas. ''Ini dapat dicegah dengan melakukan perubahan gaya hidup. Berhenti merokok misalnya atau rajin berolahraga.'' Terhadap penderita PJK pada spektrum stabil ini biasanya diberikan obat.

Pada penderita PJK spektrum tidak stabil, nyeri dada muncul bahkan pada saat beristirahat. Nyerinya pun dapat terjadi selama 15 menit, dan nyeri itu biasanya tetap terasa meski telah diberi obat. Menurut ayah tiga anak ini, yang perlu dilakukan saat seseorang terkena serangan jantung adalah segera hentikan aktivitas, dibaringkan, ditenangkan, dan dilonggarkan pakaiannya. Untuk menyelamatkan penderita jantung, kata Yogi, segera bawa ke rumah sakit agar dapat dilakukan upaya pembukaan kembali sumbatan arteri koroner yang terjadi (reperfusi). ''Ingat, time is muscle. Artinya, makin dini penanganannya, makin banyak otot jantung yang bisa diselamatkan.''







Reperfusi dapat dilakukan dengan menggunakan obat tromboliosis atau penghancur gumpalan darah atau memakai cara mekanis yaitu dengan intervensi kateterisasi jantung yang disebut Percutaneous Ballon Angioplasty (PTCA) melalui peniupan (balloning) atau pemasangan penyangga (stent). Selain itu, dapat pula dilakukan operasi by pass atau Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) dengan memasang pembuluh darah pintas (bypass grafting) pada pembuluh koroner jantung yang sempit atau tersumbat (baca boks). CABG merupakan merupakan bedah jantung koroner yang prosesnya lebih cepat. Bahkan, beberapa pasien dapat dibangunkan di kamar operasi.

Penyakit Jantung Koroner dan Solusinya


Penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu pada  orang dewasa di Amerika. Setiap tahunnya, di Amerika Serikat, ada 1,5 juta orang mengalami serangan jantung. 478.000 orang meninggal karena penyakit jantung koroner.
Penyakit jantung, stroke, dan penyakit periferal arterial merupakan penyakit yang mematikan. Di seluruh dunia, jumlah penderita penyakit ini terus bertambah. Ketiga kategori penyakit ini tidak lepas dari gaya hidup yang kurang sehat yang banyak dilakukan seiring dengan berubahnya pola hidup.
Faktor-faktor pemicu serangan jantung ialah rokok, mengkonsumsi makanan berkolestrol tinggi, kurang gerak, malas berolahraga, stres, dan kurang istirahat.
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan basisnya di atas dan puncaknya di bawah. Apex-nya (puncak) miring ke sebelah kiri. Berat jantung kira-kira 300 gram. Agar jantung berfungsi sebagai pemompa yang efisien, otot-otot jantung, rongga atas dan rongga bawah harus berkontraksi secara bergantian. Laju denyut-denyut jantung atau kerja pompa ini dikendalikan secara alami oleh suatu “pengatur irama”, yang disebut nodus sinotrialis, yang terletak didalam dinding serambi kanan.
Sebuah impuls listrik yang ditransmisikan dari nodus sinotrialis ke kedua serambi membuat keduanya berkontraksi secara serentak. Arus listrik ini selanjutnya di teruskan ke dinding-dinding bilik, yang pada gilirannya membuat bilik-bilik berkontraksi secara serentak. Periode kontraksi ini disebut systole. Selanjutnya periode ini diikuti dengan sebuah periode relaksasi pendek–kira-kira 0,4 detik–yang disebut diastole, sebelum impuls berikutnya datang. Nodus sinotrialus menghasilkan antara 60 hingga 72 impuls seperti ini setiap menit ketika jantung sedang santai. Produksi impuls-impuls ini juga dikendalikan oleh suatu bagian sistem syaraf yang disebut sistem syaraf otonom, yang bekerja diluar keinginan kita. Sistem listrik built-in inilah yang menghasilkan kontraksi-kontraksi otot jantung beirama yang disebut denyut jantung.
Ada berbagai jenis penyakit jantung, diantaranya adalah penyakit jantung koroner,  penyakit jantung bawaan, penyakit jantung rematik, penyakit jantung hipertensi, penyakit jantung lemah dan penyakit jantung iskemik.
Apa penyebab dari Penyakit Jantung Koroner?
Penyakit Jantung Koroner pada mulanya disebabkan oleh penumpukan lemak pada dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner), dan hal ini lama kelamaan diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan jaringan ikat, pengapuran, pembekuan darah, dan lain-lain,yang semuanya akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah. Hal ini mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut mengalami kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan berbagai akibat yang cukup serius, dari angina pectoris (nyeri dada) sampai infark jantung, atau serangan jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak.
Beberapa faktor resiko terpenting penyakit jantung koroner :
  • Kadar Kolesterol Total dan LDL tinggi
  • Kadar Kolesterol HDL rendah
  • Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
  • Merokok
  • Diabetes Mellitus
  • Kegemukan
  • Riwayat keturunan penyakit jantung dalam keluarga
  • Kurang olah raga
  • Stres
Gambar plak di dalam dinding arteri
Bila anda menyandang salah satu atau beberapa faktor resiko tersebut di atas, anda dianjurkan secara berkala memeriksakan kesehatan jantung anda kepada seorang ahli. Adanya dua atau lebih faktor resiko di atas akan menaikkan resiko total terhadap penyakit jantung koroner.
Proses penyumbatan pembuluh arteri
Penyakit jantung bawaan atau congenital heart disease adalah suatu kelainan formasi dari jantung atau pembuluh besar dekat jantung. “Congenital” hanya berbicara tentang waktu tapi bukan penyebabnya. Itu artinya “lahir dengan” atau “hadir pada kelahiran”.
Nama alternatif lainnya untuk penyakit jantung bawaan adalah congenital heart defect, congenital heart malfomation, congenital cardiovascular disease, congenital cardiovascular defect, dan congenital cardiovascular malformation.

Penyakit jantung koroner sangat mematikan



Penyakit jantung koroner memang sangat mematikan. Di negara-negara berkembang seperti Amerika, Inggris, Singapura, dan Indonesia misalnya, penyakit jantung koroner merupakan salah satu pengancam jiwa manusia yang masih sangat merajalela di samping wabah-wabah lain seperti bencana alam atau flu burung. Telah banyak orang yang meninggal karena penyakit ini, dan biaya operasi untuk menyembuhkan pasien penyakit jantung koroner ini pun sangatlah mahal. Walaupun penyakit ini pada umumnya menyerang orang-orang yang relatif sudah cukup tua, sekitar umur 50 tahun dan ke atas, kita tidak boleh mengendurkan kewaspadaan kita dan juga pengetahuan kita tentang penyakit jantung koroner, karena penyakit ini berawal dari kelalaian kita saat kita masih muda.
Arteri koroner merupakan pembuluh darah yang mensuplai jantung dengan darah. Arteri koroner itu lebih spesifiknya memberikan oksigen-oksigen yang terdapat di dalam darah ke otot – otot jantung yang terdapat di dinding jantung. Hal ini sangat perlu dipertahankan agar seseorang dapat bertahan hidup karena oksigen-oksigen ini akan digunakan untuk respirasi otot jantung agar jantung dapat terus memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Jika oksigen-oksigen ini tidak dapat disalurkan dengan baik ke otot-otot jantung, maka jantung akan menjadi lemah dan tidak dapat menyediakan darah ke seluruh bagian tubuh. Hasilnya, orang tersebut akan meninggal karena proses-proses biologis di dalam dirinya tidak dapat dilakukan karena organ-organ tubuh tidak mendapatkan nutrisi dan oksigen dari darah.
Dalam penyakit jantung koroner, arteri koroner ini menjadi semakin sempit dan kadang-kadang terblokir. Hal ini menyebabkan darah tidak dapat disalurkan dengan baik ke otot-otot jantung. Pada tahap awal, mungkin si penderita masih dapat bernafas dengan normal dan darah yang mengalir ke otot jantung masih cukup. Namun, ketika dia melakukan aktivitas yang melelahkan seperti berolahraga atau memarahi orang lain, arteri koroner yang menyempit tidak dapat mensuplai darah yang cukup ke otot-otot jantung. Padahal, pada saat ini, jantung memerlukan darah lebih agar tubuh mendapatkan energi yang cukup untuk melakukan aktivitas yang melelahkan itu. Si penderita bisa jatuh pingsan dan tidak sadarkan diri, dan bahkan bisa langsung meninggal dunia.
Penyempitan arteri koroner ini biasa disebut arteriosclerosis, dan salah satu bentuk arteriosclerosis adalah penyempitan karena lemak jenuh, yang disebut atherosclerosis. Dalam proses ini, lemak-lemak terkumpul di dinding arteri dan penebalan ini menghasilkan permukaan yang kasar pada dinding arteri dan juga penyempitan arteri koroner. Hal ini membuat kemungkinan adanya penggumpalan darah pada bagian arteri yang menyempit ini. Jika darah terus menggumpal, maka tidak ada lagi darah yang bisa mengalir karena darah ini diblok oleh gumpalan darah yang sudah menjadi keras.
Jika tidak ada lagi darah yang dapat mengalir melalui arteri koroner, maka si penderita akan mengalami serangan jantung. Pada tahap inilah si penderita tidak dapat melanjutkan aktivitinya dan akan jatuh lemas karena ada bagian dari otot jantungnya yang telah mati lantaran tidak mendapatkan cukup darah. Penderita yang mengalami serangan jantung perlu secepatnya dibawa ke rumah sakit dan mendapatkan perawatan segera seperti pemberian oksigen agar dia tidak memasuki tahap yang kritis. Akan tetapi, jika bagian dari otot jantung yang mati itu sangatlah besar, maka dampak yang dialami orang tersebut akan sangat fatal, dan bisa membawa orang itu kepada kematian.

Oleh karena itu, sebaiknya sejak muda kita menghindari makanan-makanan berlemak seperti lemak hewan. Lemak hewan ini sangatlah jenuh dan sebaiknya digantikan dengan lemak tumbuhan yang tidak berbahaya. Malahan lemak tumbuhan dapat menurunkan kadar kolestrol dalam darah dan jika kita sering berolahraga dan tidak memiliki tekanan darah tinggi, maka kemungkinan kita terkena penyakit jantung koroner ini sangatlah kecil.

Penyakit jantung koroner (PJK)


Penyakit jantung koroner (PJK) telah menjadi penyebab utama kematian dewasa ini. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat lebih dari 7 juta orang meninggal akibat PJK di seluruh dunia pada tahun 2002. Angka ini diperkirakan meningkat hingga 11 juta orang pada tahun 2020.

Di Indonesia, kasus PJK semakin sering ditemukan karena pesatnya perubahan gaya hidup. Meski belum ada data epidemiologis pasti, angka kesakitan/kematiannya terlihat cenderung meningkat. Hasil Survei Kesehatan Nasional tahun 2001 menunjukkan tiga dari 1.000 penduduk Indonesia menderita PJK.
jantung-koroner-parah
PJK terjadi karena penyempitan/ penyumbatan pembuluh darah koroner yang berfungsi mendistribusikan darah dan oksigen ke otot jantung. Penyumbatan (plak aterosklerosis) disebabkan tertumpuknya endapan lemak (terutama kolesterol LDL), sel-sel otot polos pembuluh darah dan matriks ekstraseluler lainnya di sepanjang dinding arteri sebagai hasil proses yang berlangsung bertahun-tahun. Jika aliran darah berkurang secara bermakna, maka penderita perlu segera mendapat tindakan medis.
Keluhan penderita PJK bervariasi. Umumnya angina pectoris, rasa sakit di dada seperti tertekan benda berat yang kadang menjalar ke lengan, rahang, dan punggung. Ada pula penderita yang mengeluh leher seperti tercekik atau merasa sakit di ulu hati. Keluhan biasanya terjadi saat penderita melakukan aktivitas fisik atau stres yang membuat jantung berdenyut lebih kencang dan menuntut lebih banyak oksigen.
Sebagian penderita bahkan datang ke dokter dalam keadaan serangan jantung (infark miokard akut) dengan rasa sakit yang lebih hebat dan lama, sehingga badan basah kuyup dengan keringat dingin. Jika tidak ditangani secara baik, bisa berujung pada kematian.
Faktor risiko PJK dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu faktor risiko yang dapat dikurangi, diperbaiki atau dimodifikasi, dan faktor risiko yang bersifat alami atau tidak dapat dicegah. Faktor risiko yang tak dapat diubah adalah usia (lebih dari 40 tahun), jenis kelamin (pria lebih berisiko) serta riwayat keluarga. Faktor risiko yang bisa dimodifikasi, antara lain kebiasaan merokok, dislipidemia, kurang gerak, kegemukan, diabetes melitus, stres, infeksi, serta gangguan pada darah (fibrinogen, faktor trombosis, dan sebagainya). Oleh sebab itu, beberapa usaha sebenarnya dapat dilakukan untuk mengurangi faktor risiko tersebut, seperti diet yang sehat, lebih banyak mengkonsumsi serat yang larut, olahraga rutin dan teratur, serta berhenti merokok.
Alternatif Terapi
Pilihan terapi PJK berkembang sesuai kemajuan teknologi. Umumnya dibagi menjadi terapi dengan obat- obatan, angioplasti koroner (PTCA), dan bedah pintas koroner (CABG). Obat PJK berupa obat antiangina (nitrat, beta blocker, calcium chanel blockers), berguna untuk mengurangi konsumsi oksigen otot jantung dan menambah aliran darah koroner dengan cara melebarkan pembuluh darah.
jantungkoroner_clip_image002
Obat diuretik berkhasiat meningkatkan pengeluaran garam dan air lewat urine sehingga mengurangi jumlah cairan dalam sirkulasi sekaligus menurunkan tekanan darah. Obat digitalis berfungsi menambah kekuatan kontraksi otot jantung, sehingga memperbaiki fungsi kerja jantung. Obat ini sering dipakai juga sebagai antiaritmia (anti gangguan irama jantung).
Obat antihipertensi, bekerja melebarkan pembuluh darah/ merelaksasikan otot halus arteri. Yang paling populer adalah obat-obatan antiplatelet (aspirin), berfungsi mengencerkan darah.
Penelitian terakhir menunjukkan pemberian statin (obat penurun kolesterol) lewat oral sesudah serangan jantung mampu menurunkan angka kematian hingga 34 persen per tahun. Efek antiperadangan obat ini memiliki kemampuan memperkuat lapisan pelindung plak, menstabilisasikan plak, dan bahkan dapat mengurangi penyempitan. Sayangnya hingga saat ini belum ada satu pun obat yang dapat menghancurkan sumbatan/plak yang menjadi dasar penyebab PJK.
Risiko Tinggi
Pada penderita berisiko tinggi, obat-obatan kerap kurang memadai, sehingga hanya ada dua cara untuk mengatasi sumbatan ini, yakni angioplasti koroner dan bedah pintas koroner. Tindakan hanya dilakukan bila sumbatan melebihi 50 persen diameter lumen pembuluh darah koroner lewat pemeriksaan angiografi. Angioplasti koroner merupakan metode tindakan intervensi untuk memperbaiki pembuluh darah secara dini dengan penggunaan balon untuk membuka pembuluh darah yang tersumbat. Tindakan ini dapat menurunkan tingkat kematian hingga 36 persen. Terapi ini dikenalkan pertama kali oleh Dr Andreas Gruentzig di tahun 1977.
Saat itu, masih dilakukan dengan alat yang sangat sederhana. Perkembangan teknologi khususnya di bidang kateter, balon, dan alat-alat medis baru seperti stent, obat-obatan, sinar x, dan kemampuan operatornya, semakin mempopulerkan terapi ini. Tindakan dilakukan di laboratorium kateterisasi yang menyerupai ruang operasi. Penderita dibaringkan di meja dan dihubungkan dengan alat monitor irama jantung secara terus-menerus. Setelah pembiusan lokal, sebuah kateter lalu dimasukkan ke arteri lewat lipatan paha atau pergelangan tangan. Melalui kateter itu dimasukkan kateter lain yang mempunyai balon di ujungnya dan diarahkan ke jantung dengan bantuan monitor. Saat mencapai pembuluh darah yang tersumbat, balon dikembangkan untuk menyingkirkan plak, sehingga jantung kembali memperoleh pasokan darah secara normal.
PTCA dianggap berisiko lebih kecil dan hanya memerlukan perawatan singkat (1-2 hari) di rumah sakit. Di dunia saat ini dilakukan lebih dari 1 juta kasus per tahunnya. Kelemahannya berupa risiko terjadinya penyempitan kembali (restenosis) hingga sebesar 50 persen dari diameter lumen di tempat yang sama dalam kurun waktu 3-6 bulan.
plakdalamarteri
Para ahli terus meneliti cara mengatasi masalah ini. Aneka obat seperti golongan kortikosteroid, sitostatik, penurun lemak, vitamin E dosis tinggi, dan lainnya telah dicoba. Tetapi gagal karena restenosis bersifat lokal. Obatnya pun harus diberikan lokal lewat kateter dengan dua metode, yaitu radiasi sinar gama atau beta intrakoroner. Hambatannya adalah fasilitas yang terbatas dan efek samping yang mungkin timbul.
Metode lain adalah dengan melapisi stent (semacam kerangka metal yang berfungsi sebagai penyangga supaya pembuluh darah tetap terbuka) dengan obat pencegah tumbuhnya jaringan baru, seperti Sirolimus dan Paclitaxel. Obat dilepas saat stent dicopot dan perlahan obat itu bereaksi dengan plak, sehingga pertumbuhan sel terhambat, bahkan terhenti.
Metode ini bisa menurunkan angka restenosis hingga 5 persen dan pada penderita diabetes melitus bahkan mencapai 10 persen, serta terbukti aman karena tak dijumpai efek samping sistemik. Meski begitu, penelitian terus dilanjutkan karena metode ini masih belum sempurna.
Angioplasti koroner yang dipaksakan pada lesi koroner berat dan melibatkan banyak pembuluh darah berisiko tinggi terjadinya penyempitan ulang dan bahkan penyumbatan. Lagi pula tindakan angioplasti berulang, terlebih bila memerlukan banyak stent, juga memerlukan biaya besar.
Bisa jadi biaya angioplasti akhirnya malah lebih besar daripada tindakan bedah dan akhirnya penderita juga harus dikirim ke meja operasi dengan disertai risiko yang lebih tinggi.
Pada keadaan demikian, pilihan bedah pintas koroner dari semula akan lebih menguntungkan. Operasi bedah juga lebih menguntungkan pada penderita dengan penyempitan yang terletak di posisi pembuluh koroner utama kiri, penderita diabetes melitus dan penderita dengan penurunan fungsi jantung.
Dokter spesialis bedah jantung melakukan pemasangan pembuluh darah pintas (bypass) pada pembuluh darah koroner yang menyempit/tersumbat dengan menggunakan pembiusan total. Materi bypass dapat diambil dari pembuluh darah balik kaki, pembuluh darah di bawah dada atau di lengan. Teknik ini pertama kalinya diperkenalkan Dr Rene Favoloro di Cleveland Clinic, AS pada tahun 1969. Saat ini lebih dari 300 000 operasi ini telah dilakukan di AS setiap tahunnya. Sayangnya pembuluh darah baru yang ditanam (graft) tidak selalu terjamin bebas masalah. Bisa jadi dalam perjalanan waktu, graft menyempit/menyumbat, sehingga memerlukan angioplasti atau operasi ulangan.
Risiko telah semakin kecil dengan meningkatnya pengalaman, penemuan obat-obatan dan perkembangan teknologi. Angka kematian berkisar antara 1-2 persen. Bahkan, di pusat jantung yang besar/terkenal, bisa mencapai di bawah 1 persen.
chol-arter
Kini juga dikenal off pump bypass surgery, yaitu tindakan bedah jantung tanpa menggunakan bantuan mesin jantung paru. Penanaman graft dilakukan pada jantung yang masih berdenyut (beating heart). Teknik ini dapat mengurangi biaya operasi, mempersingkat masa rawat inap dan mengurangi trauma, maupun komplikasi akibat bedah. Namun manfaatnya masih memerlukan evaluasi jangka panjang.
Pemilihan terapi PJK bergantung pada beberapa hal, seperti lokasi dan karakter penyempitan, jumlah pembuluh darah yang terlibat, fungsi jantung, adanya penyakit penyerta, usia, dan juga biaya. Masing-masing tindakan terbukti meningkatkan harapan dan kualitas hidup penderita PJK. Kekhawatiran risiko masing masing tindakan intervensi dapat dipahami, tetapi risiko itu telah jauh lebih kecil dibandingkan masa- masa sebelumnya.
Pengambilan keputusan jenis tindakan oleh dokter yang merawat penderita secara objektif dan bijaksana sangatlah diperlukan untuk memberikan manfaat terapi yang sebesar mungkin bagi penderita PJK. Tentu saja berbagai tindakan ini perlu juga disertai perbaikan gaya hidup, yakni menerapkan pola makan yang sehat, diet rendah kolesterol, berolahraga secara teratur, dan menghindari stres.

Apakah Penyebab Dari Penyakit Jantung Koroner ?



KATETERISASI JANTUNG - ARTERIOGRAFI KORONER
Tindakan Deteksi Penyempitan Pembuluh Darah Koroner Untuk Mengetahui Lebih Dini Adanya Ancaman Serangan Jantung Koroner

PTCA (PCI)
Tindakan Pelebaran Penyempitan Pembuluh Darah Koroner Dengan Balon (Tanpa Operasi)
Apa penyebab dari Penyakit Jantung Koroner?
Penyakit Jantung Koroner pada mulanya disebabkan oleh penumpukan lemak pada dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner), dan hal ini lama kelamaan diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan jarinrangan ikat, perkapuran, pembekuan darah, dll.,yang kesemuanya akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah tersebut. Hal ini akan mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut mengalami kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan berbagai akibat yang cukup serius, dari Angina Pectoris (nyeri dada) sampai Infark Jantung, yang dalam masyarakat di kenal dengan serangan jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak.

Beberapa faktor resiko terpenting Penyakit Jantung Koroner :
  • Kadar Kolesterol Total dan LDL tinggi
  • Kadar Kolesterol HDL rendah
  • Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
  • Merokok
  • Diabetes Mellitus
  • Kegemukan
  • Riwayat keturunan penyakit jantung dalam keluarga
  • Kurang olah raga
  • Stress
Bila Anda menyandang salah satu atau beberapa faktor resiko tersebut diatas, Anda dianjurkan secara berkala memeriksakan kesehatan jantung Anda kepada seorang ahli. Adanya dua atau lebih faktor resiko akan berlipat kali menaikkan resiko total terhadap Penyakit Jantung Koroner.
Deteksi Penyakit Jantung Koroner
Beberapa pemeriksaan dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya Penyakit Jantung Koroner antar lain : ECG, Treadmill, Echokardiografi dan Arteriorgrafi Koroner (yang sering dikenal sebagai Kateterisasi).
Dengan pemeriksaan ECG dapat diketahui kemungkinan adanya kelainan pada jantung Anda dengan tingkat ketepatan 40%. Kemudian bila dianggap perlu Anda akan dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan Treadmill Echokardiografi.
Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut kemungkinan Anda akan dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan Arteriografi Koroner (Kateterisasi) yang mempunyai tingkat ketepatan paling tinggi (99 - 100%) untuk memastikan apakah Anda mempunyai Penyakit Jantung koroner.
Apakah Kateterisasi Jantung?
Kateterisasi Jantung merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk memeriksa struktur serta fungsi jantung, termasuk ruang jantung, katup jantung, otot jantung, sserta pembuluh darah jantung termasuk pembuluh darah koroner, terutama untuk mendeteksi adanya pembuluh darah jantung yang tersumbat.
Prosedur tersebut dilakukan oleh Dokter Spesialis dengan menggunakan alat Angiografi. Dengan pemberian zat kontras melalui kateter, dokter dapat mengetahui secara tepat letak, luas, serta berat atau derajat penyempitan pembuluh darad koroner. Hasil akan di rekam secara jelas di dalam film atau CD (Compact Disc)

Potongan melintang pembuluh arteri yang normal/ sehat
Potongan melintang pembuluh arteri yang menyempit karena timbunan kolesterol

Bagaimana dengan hasil Kateterisasi Jantung?
Dokter Anda akan menjelaskan hasil film yang direkam selama tindakan dan kemungkinan pengobatan selanjutnya. Bila hasil dari film tersebut diketahui adanya penyempitan pembuluh koroner, maka dokter akan memberitahukan tindakan pengobatan selanjutnya apakah cukup dengan obat atau dengan tindakan pelebaran bagian pembuluh darah jantung yang menyempit atau tersumbat dengan menggunakan alat alat tertentu atau ditiup, Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty, di singkat PTCA atau akhir akhir ini disebut Percutaneous Coronary intervention yang disingkat PCI; atau harus dilakukan Operasi Jantung Terbuka (Open Heart Surgery) untuk memasang pembuluh darah baru menggantikan pembuluh darah jantung yang tersumbat Coronary Artery Bypass Surgery disingkat CABG.
Bagaimana dengan resiko Kateterisasi Jantung?
Dengan semakin canggihnya peralatan Angiografi dan berkembangnya teknik teknik baru, pada umumnya tindakan kateterisasi secara praktis dianggap tidak ada resiko.
Menurut data statistik dari ribuan pasien yang telah menjalankan kateterisasi di RS Medistra menunjukkan bahwa angka keberhasilannya amat tinggi, setingkat dengan yang dilakukan di Amerika Serikat.

Sebelum Tindakan
Sesudah Tindakan
Apa yang dimaksud dengan tindakan "Peniupan" (PTCA-PCI)?
Tindakan "peniupan" atau "balonisasi" atau "Angioplasti" bertujuan untuk melebarkan penyempitan pembuluh koroner dengan menggunakan kateter khusus yang ujungnya mempunyai balon. Balon dimasukkan dan dikembangkan tepat ditempat penyempitan pembuluh darah jantung. Dengan demikian penyempitan tersebut menjadi terbuka.
Untuk menyempurnakan hasil peniupan ini, kadang - kadang diperlukan tindakan lain yang dilakukan dalam waktu yang sama, seperti pemasangan ring atau cincin penyanggah (Stent), pengeboran kerak di dalam pembuluh darah (Rotablation) atau pengerokan kerak pembuluh darah (Directional Atherectomy).

Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "