Pencegahan Penyakit Jantung Koroner pada Masa Anak dan Remaja

         Penanggulangan masalah penyakit jantung dan pembuluh darah harus berada dalam konteks / visi Indonesia sehat tahun 2010. Dalam kurun waktu ini harus diperkuat berbagai upaya, bukan hanya dalam bidang kesehatan, tetapi juga bidang lain yang terkait. Upaya penanggulangan ini terdiri dari upaya preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Upaya-upaya tersebut ditunjang oleh upaya pengembangan sumber daya manusia, upaya penelitian pengembangan teknologi dan diseminasi informasi. Bersama dengan upaya lain di bidang ekonomi dan kesejahteraan sosial seperti perbaikan tingkat pendidikan, asuransi kesehatan, perbaikan ekonomi masyarakat, gerakan olah raga dan lain-lain akan berdampak positif memperbaiki status kesehatan pada umumnya dan status kesehatan kardiovaskuler pada khususnya.
              Dalam beberapa dasawarsa terakhir, di 8 Rumah Sakit Umum Pusat di Indonesia, dilaporkan bahwa prevalensi Penyakit Jantung Koroner telah menggeser Penyakit Jantung Rematik sebagai penyakit jantung yang paling banyak ditemukan. Hasil SKRT tahun 1995 menunjukkan bahwa penyakit sistem sirkulasi telah menduduki urutan pertama dalam masyarakat, mulai usia 35 tahun, masing-masing pada kelompok usia 35–44 tahun (23,5%), kelompok umur 44-54 tahun (34,0%), di atas umur 55 tahun (36,5%). Di daerah perkotaan, penyebab kematian no 1 ditempati oleh penyakit sistem sirkulasi (31%), sedangkan di pedesaan masih didominasi oleh penyakit infeksi (25%), baru disusul oleh penyakit sistem sirkulasi (22%). Kecenderungan peningkatan penyakit kardiovaskuler di Indonesia tampak dari hasil temuan oleh WHO-MONICA Jakarta (1988), perokok laki-laki 59,9%, perempuan 5,9%, prevalensi BMI 30 laki-laki 2,3%, perempuan 7,3%, hipertensi laki-laki 13,6%, perempuan 16,6%, hiperkolesterolemia laki-laki 11,4%, perempuan 15,2%.    Epidemiologi faktor risiko penyakit jantung koroner menurut Asean Congress Cardiology tahun 1997 mengemukakan bahwa angka kematian akibat penyakit jantung koroner di Indonesia adalah 67,8 per 100.000 penduduk. Prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia telah menggeser penyakit jantung rematik sebagai penyakit jantung yang paling banyak ditemukan. Insiden penyakit jantung koroner menurut penelitian prospektif di FKUI sebesar 8,7% dengan lebih dari dua faktor risiko.
           Kecenderungan PJK sebagai penyakit jantung yang paling banyak ditemukan juga terlihat di negara-negara Asia Tenggara dan Afrika. Di Singapura dan Kuala lumpur kematian akibat Penyakit Jantung Koroner meningkat dari yang tadinya tidak bermakna menjadi sekurangnya 10% dari semua kematian. Bagaimanapun, meskipun di negara maju prevalensi penyakit ini lebih rendah pada penduduk yang tinggal di pedesaan daripada yang tinggal di kota besar. Sampai umur tertentu prevalensi dan kematian akibat Penyakit Jantung Koroner lebih rendah pada perempuan dibanding pada laki-laki.
  Banyak faktor menunjang kejadian Penyakit Jantung Koroner antara lain pola makanan yang cenderung berubah ke arah westernisasi, dan kehidupan modern yang penuh ketegangan. Pola makanan telah memegang peranan penting dalam evolusi Penyakit Jantung Koroner terutama lemak darah akibat kebiasaan makanan bertahun-tahun. Seringkali jenis makanan langsung berpengaruh pada kenaikan kadar lemak darah atau merangsang dasar genetik yang telah ada untuk mengalami PJK. 
          Pencegahan primer dan sekunder sangat bermanfaat dalam menurunkan mortalitas Penyakit Jantung Koroner. Upaya pencegahan penyakit jantung koroner sejak masa bayi dan anak sangat penting, walaupun sebagian ahli masih beranggapan bahwa pencegahan penyakit jantung koroner sejak bayi hanya mutlak diperlukan apabila terdapat riwayat hiperkolesterolemia dan obesitas dalam keluarga, akan tetapi sebagian besar pakar berpendapat bahwa penyuluhan kesehatan kardiovaskuler dimulai sejak masa bayi dan intervensi dini sejak usia 2 tahun tetap dianjurkan untuk memperlambat proses aterosklerosis. 

              Dalam strategi pendekatan dan identifikasi faktor risiko dibutuhkan penilaian faktor risiko pada anak dalam upaya pencegahan penyakit kardiovaskular. American Academy of Pediatrics telah merekomendasikan agar pada anak berumur lebih dari 2 tahun yang termasuk pada kelompok risiko tinggi dilakukan uji saring kadar kolesterol. Uji saring perlu dilakukan untuk menemukan anak-anak dengan faktor risiko Penyakit Jantung Koroner agar dapat dilakukan modifikasi atau intervensi sedini mungkin. Pada uji saring ini yang mendapat perhatian utama adalah pemeriksaan kadar kolesterol darah dan tekanan darah. Aterosklerosis yang berperanan pada Penyakit Jantung Koroner merupakan proses yang berlangsung aktif bertahun-tahun sejak dekade pertama kehidupan. Salah satu faktor risiko yang dapat dikontrol pada masa anak adalah lemak darah, khususnya kolesterol dan lipoprotein. Dengan memperhatikan penyebab penimbunan dan pengeluaran kolesterol dari dinding pembuluh darah koroner sedini mungkin, diharapkan dapat dikurangi kejadian PJK di masa dewasa. American Academy of Pediatrics telah merekomendasikan agar pada anak berumur lebih dari 2 tahun yang termasuk pada kelompok risiko tinggi dilakukan uji saring kadar kolesterol.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Casino Site ᐈ Reviewed & Rated by Lucky Club™
Read our 2021 review of luckyclub the Casino Site, its usability and security, payment options and support. ✓Casino offers 100% Welcome Bonus up to $20.

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "